Jurnal Studi Multidisipliner Berkelanjutan
https://ojs.ubesco.com/index.php/jsmb
id-IDJurnal Studi Multidisipliner BerkelanjutanMAKNA TARI DALAM KESENIAN REOG PONOROGO
https://ojs.ubesco.com/index.php/jsmb/article/view/768
<p>Reog Ponorogo merupakan salah satu warisan budaya yang di miliki Indonesia berupa tari yang berasal dari salah satu Kabupaten yang ada di Indonesia yaitu Kabupaten Ponorogo. Tari ini tidak hanya memiliki nilai seni yang luar biasa, tetapi juga menyimpan makna yang mendalam yang berkaitan dengan tradisi dan cerita masyarakat. Jadi, Reog itu sendiri memiliki banyak versi asal usul yang beredar di Masyarakat seperti asal usul Reog versi Bantarangin, asal usul Reog versi Raden Bathara Katong, dan asal usul Reog versi Raja Brawijaya V. Reog Ponrogo juga sudah dikenal dan berkembang di beberapa daerah di Indonesia. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui makna gerak tari dan makna busana yang terkandung didalam Kesenian Reog Ponorogo, khusunya Tari Dadhak Merak dan Tari Jathil. Penelitian ini mengguanakan metode penelitian kualitatif dimana hasil penelitian berupa narasi kata yang disimpulkan sesuai dengan topik penelitian yang ada. Pada penelitian ini menggunakan teori interaksi simbolik verbal dan non-verbal guna untuk mencari makna yang terkandung dalam Kesenian Reog Ponorogo. Penelitian ini mendapat hasil akhir berupa makna pada tari Jathil merupakan penggambaran pasukan berkuda, sedangkan pada tari dadhak merak merupakan penggambaran hewan harimau. Disamping itu juga ada kendala yang dihadapi pada saat mencari makna yang terdapat dalam Kesenian Reog Ponorogo.</p> <p><em>Reog Ponorogo is one of Indonesia's cultural heritages in the form of a dance originating from one of the regencies in Indonesia, namely Ponorogo Regency. This dance not only has extraordinary artistic value, but also holds deep meanings related to the traditions and stories of the community. So, Reog itself has many versions of origins circulating in the community such as the origin of Reog Bantarangin version, the origin of Reog Raden Bathara Katong version, and the origin of Reog King Brawijaya V version. Reog Ponrogo is also known and developed in several regions in Indonesia. The purpose of this study was to determine the meaning of dance movements and the meaning of clothing contained in the Reog Ponorogo Art, especially the Dadhak Merak Dance and Jathil Dance. This study uses a qualitative research method where the results of the study are in the form of narrative words that are concluded according to the existing research topic. This study uses the theory of verbal and non-verbal symbolic interaction in order to find the meaning contained in the Reog Ponorogo Art. This research got the final result in the form of meaning in the Jathil dance is a depiction of cavalry, while in the Dadhak Merak dance is a depiction of a tiger. In addition, there are also obstacles faced when searching for the meaning contained in the Reog Ponorogo Art.</em></p>Aprillia Nur RahmawatiHery B. Cahyono
Hak Cipta (c) 2025 Jurnal Studi Multidisipliner Berkelanjutan
2025-04-292025-04-2994MESIN PENIRIS MINYAK (SPINNER) BAWANG GORENG MENGGUNAKAN KONTROL PID
https://ojs.ubesco.com/index.php/jsmb/article/view/765
<p>Proses penirisan minyak pada bawang merah setelah digoreng sangat penting untuk menunjang kualitas dan ketahanan pada bawang goreng. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membantu dan mempermudah proses penirisan minyak pada bawang goreng dengan otomatis. Pada proses penirisan minyak menggunakan metode control PID agar putaran motor dapat berputar sesuai dengan yang diharapkan agar tetap menjaga kualitas dari bawang goreng dan dapat mempercepat proses pengeringan sehingga meningkatkan daya tahan dari bawang goreng. Dari hasil perancangan dan pembuatan didapatkan hasil pembacaan sensor kecepatan memiliki kesalahan 1,05%. Untuk nilai Kp= 0.1, Ki= 0.2, Kd= 0.05. Untuk menentukan nilai Kp, Ki, Kd menggunakan metode Trial error hasilnya diperoleh nilai rise time = 1;8, peak time = 2;7s, settling time = 6;3s, error steady state = 4%, dan overshoot = 4% pada setpoint 750 RPM.</p>Muhammad Bagas IndrawansyahNachrowieYandhika Surya Akbar Gumilang
Hak Cipta (c) 2025 Jurnal Studi Multidisipliner Berkelanjutan
2025-04-292025-04-2994MAKNA DADHAK MERAK DALAM KESENIAN REOG PONOROGO
https://ojs.ubesco.com/index.php/jsmb/article/view/767
<p>Reog Ponorogo merupakan salah satu kesenian yang berasal dari Kabupaten Ponorogo yang mana dalam pertunjukannya terdapat Dadhak Merak. Dadhak Merak yang merupakan elemen utama pada pertunjukan Kesenian Reog Ponorogo yang berbentuk kepala singa atau biasa disebut Singo Barong dan terdapat burung merak sekaligus bulu-bulunya yang begitu mencolok. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mengenai makna simbolik dari beberapa komponen yang ada pada Dadhak Merak dalam Kesenian Reog Ponorogo. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dan didukung dengan teori interaksi simbolik serta teori komunikasi verbal dan nonverbal dengan tujuan menangkap pesan-pesan yang diberikan dari pertunjukan Reog Ponorogo. Teknik pengumpulan data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan juga dokumentasi. Hasil penelitian menjelaskan bahwa Dadhak Merak bukan hanya sebagai bentuk keestetikaan semata pada pertunjukan, akan tetapi juga memiliki makna secara filosofis yang dimana pencerminan akan kekuatan, kewibawaan, dan juga sebagai identitas budaya seluruh masyarakat Ponorogo. Selain itu, juga ada kendala yang dihadapi saat mencoba mencari makna pada kesenian Reog Ponorogo.</p> <p><em>Reog Ponorogo is an art originating from Ponorogo Regency, in which the performance includes Dadhak Merak. Dadhak Merak is the main element in the Reog Ponorogo Art performance which is in the form of a lion's head or commonly called Singo Barong and there is a peacock and its feathers are so striking. This study aims to analyze the symbolic meaning of several components in Dadhak Merak in Reog Ponorogo Art. This study uses a qualitative research method, and is supported by the theory of symbolic interaction and the theory of verbal and nonverbal communication with the aim of capturing the messages given from the Reog Ponorogo performance. Data collection techniques were collected through observation, interviews, and documentation. The results of the study explain that Dadhak Merak is not only a form of aesthetics in the performance, but also has a philosophical meaning which reflects the strength, authority, and also the cultural identity of the entire Ponorogo community. In addition, there are also obstacles faced when trying to find meaning in the Reog Ponorogo art.</em></p>Nabila Shafa KamilaHery B. Cahyono
Hak Cipta (c) 2025 Jurnal Studi Multidisipliner Berkelanjutan
2025-04-292025-04-2994PERAN KOMUNIKASI PEMERINTAH KELURAHAN DALAM UPAYA PELESTARIAN TRADISI PUTER KAYUN DI DESA BOYOLANGU BANYUWANGI
https://ojs.ubesco.com/index.php/jsmb/article/view/764
<p>Tradisi Puter Kayun di Desa Boyolangu, Banyuwangi, merupakan tradisi budaya yang dilakukan masyarakat sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur. Tradisi ini juga menjadi simbol kebersamaan dan identitas budaya masyarakat setempat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis upaya pemerintah kelurahan dalam menjaga tradisi Puter Kayun, faktor pendukung pelestariannya serta efektivitas peran pemerintah kelurahan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait tradisi puter kayun. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Fokus penelitian ini adalah peran komunikasi pemerintah kelurahan dalam pelestarian tradisi Puter Kayun. Teknik pengumpulan data dikumpulkan melalui wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah kelurahan tidak memberikan edukasi dan alokasi anggaran secara langsung, namun mendukung pelestarian tradisi melalui penyediaan sarana dan prasarana serta berperan sebagai komunikator dalam koordinasi dengan tokoh adat, tokoh agama, tokoh pemuda, dan panitia acara. Faktor pendukung utama dalam pelestarian tradisi ini adalah antusiasme masyarakat, dukungan dari pihak terkait, serta promosi melalui situs resmi Banyuwangi. Kesimpulan pada penelitian ini menegaskan bahwa Tradisi Puter Kayun akan tetap lestari berkat komunikasi yang efektif dari pemerintah kelurahan serta dukungan fasilitas dan partisipasi masyarakat. Oleh karena itu, pelestarian tradisi ini memerlukan sinergi antara masyarakat dan pemerintah agar dapat terus bertahan di tengah arus modernisasi.</p> <p><em>The Puter Kayun tradition in Boyolangu Village, Banyuwangi, is a cultural tradition performed by the community as a form of respect to their ancestors. This tradition also serves as a symbol of togetherness and cultural identity for the local community. This study aims to analyze the efforts of the village government in preserving the Puter Kayun tradition, the supporting factors for its preservation, and the effectiveness of the village government's role in coordinating with relevant parties involved in the tradition. This research uses a qualitative approach. The focus of this study is the role of the village government's communication in the preservation of the Puter Kayun tradition. Data collection techniques included interviews and documentation. The results show that the village government does not provide direct education or budget allocation, but supports the preservation of the tradition through the provision of facilities and infrastructure, as well as acting as a communicator in coordinating with traditional leaders, religious leaders, youth leaders, and event organizers. The main supporting factors for the preservation of this tradition are community enthusiasm, support from relevant parties, and promotion through the official Banyuwangi website. The conclusion of this study emphasizes that the Puter Kayun tradition will remain preserved due to effective communication from the village government, along with the support of facilities and community participation. Therefore, the preservation of this tradition requires synergy between the community and the government to continue thriving amidst the flow of modernization.</em></p>Aisyah Zahra MahdiyyahMohammad Thamrin
Hak Cipta (c) 2025 Jurnal Studi Multidisipliner Berkelanjutan
2025-04-292025-04-2994